Kamis, 30 Juli 2015

Hari Ini Aku Diingatkan

Di awali dari percakapan kecil antara aku dan temen kerjaku. Panggil saja ia Miss A. Miss A ini adalah salah satu rekan kerjaku yang lumayan deket sama aku, tak jarang kalau lagi bete atau banyak masalah aku juga sering curhat sama dia. Dia Pun juga begitu, karena dia yang notabene adalah sudah menikah sekitar satu tahun yang lalu, sehingga akhirnya diapun cerita banyak hal tentang kehidupan pernikahannya yang terkadang ada lucu, seneng dan sedihnya. 

Kemaren pas maen ke ruanganku, rupanya buku catatan hariannya ketinggal di ruangku. Kami berdua udah ngubek-ngubek meja yang awalnya tempat kami cerota-cerita sambil ngerjain tugas masing-masing rupanya buku Miss A enggak ada.

isi cerita ini atau perihal hilangnya buku harian Miss A, Memang enggak penting banget buat diceritain di sini. Tapi ada hal luar biasa dan mampu menggetarkan hatiku.

Hari ini, aku secara tidak sengaja menemukan buku harian itu terselip di beberapa tumpukan buku di ruanganku. Akupun teringan bahwa ini adalah buku harian Miss A dan aku harus secepatnya mengembalikannya. Namun, tak sengaja aku membuka-buka beberapa halaman dari buku itu yang isinya hanyalah tentang beberapa catatan pengingat tugas kegiatan. Dan sampailah aku pada halaman ini...


Sepertinya ini adalah gaji Miss A bulan ini. Rp.4.000.000 Gaji suaminya dan Rp.2.000.000 adalah gajinya ditambah Rp.2.300.000 yakni THR. Dari bentuk penghitungannya sepertinya itu adalah jumlah pendapatan bulan ini dan dikurangi keperluan-keperkuan lain hingga tersisa total jumlah Rp.3.000.000.
Nah, inti ceritanya bukan disini. Betapa tidak aku langsung membuka lembar selanjutnya yang berisi catatan ini...


Nampaknya rincian ini terlihat biasa saja, namun coba baca lebih seksama. Dan mataku terbelalak melihat baris ke-7, Anggaran shodaqoh. Sungguh aku langsung berkaca kepada diriku sendiri. Selama ini tak terlalu kupentingkan masalah ini. Berbeda sekali dengan Miss A, yang membuat shodaqoh menjadi kewajiban yang harus dipenuhi. Aku pun teringan sesuatu yang telah lama kulupakan, bahwa di setiap yang kita miliki ada hak orang lain. kita dianjurkan untuk menafkahkan 10 persen dari harta yang kita punya. Tentunya di sini yang dimaksud harta adalah rejeki yang menjadi milik kita entah itu jumlahnya sedikit atau banyak dan rupanya harus kita keluarkan sebanyak 10 persen. Demikian juga dengan gaji, yang merupakan rejeki hak milik kita rupanya juga ada anjuran untuk mengeluarkannya 10 persennya.

"AllahSwt Berfirman:

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, Maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Al-Baqoroh : 274)

MasyaAllah, hari ini aku tersadar, bahwa aku masih belum benar mengelola hartaku dengan tuntunan kaidah Islam. Semoga dengan ini menjadi pengingat diriku dan pembaca untuk senantiasa bershodaqoh dengan niat lillahi ta'ala. Terimakasih Miss A.
Terimakasih ilmu dan pengingatnya, meski melalui cara yang berbeda-beda.