PERSAHABATAN
Sebuah kata yang berawal dari kata
sahabat. Berarti teman. Sangat sering sekali seliweran di telinga. Sahabat
katanya bagian dari diri kita. Kenapa seperti itu? Percaya? Aku belum.
Ada istilah “apa yang dikatakan
sahabat tentangmu kepada orang lain, itu adalah dirimu”. Masak sih?
Sejak kecil tentunya saya juga punya
teman yang mendapat predikat sahabat. Mereka yang sering berkumpul sama-sama.
Ngabisin waktu sama-sama. Terkadang merekalah yang membantu ketika sedang
kesusahan. Merekalah juga tempat kita berbagi kesenangan. Namun, hampir
dekatkah sahabat dengan keluarga? Entahlah. Bagiku sahabat adalah keluarga
kedua setelah keluargaku.
Lalu mengapa ia menjadi bagian dari
diri? Apakah itu artinya sahabat mencerminkan diri kita? Kata orang sih begitu.
Apakah itu artinya merekalah yang
tau banyak tentang pribadi kita?. Ya karena memang merekalah tempat kita
berpeluh susah dan senang. Jadi tidak salah kalau sahabat tau psikologis
sahabatnya. Apakah ini sudah pasti demikian?. Lalu, kenapa akhir-akhir ini ada
istilah sahabat situasi. Sahabat situasi itu loh yang mau temenan sama kita
tapi kalau ada maunya aja. Pernah punya sahabat seperti itu?
mmmmmm… susah jawabnya. Tapi
terkadang ada perasaan seperti itu, punya sahabat situasi. Terkadang sudah sangking
percaya, sahabat tempat kita curhat. Percaya sahabat enggak akan cerita ke
siapa-siapa. Percaya sahabat akan mendengarkan cerita dan ngasih solusi. Eh
sering curhat sama temen ya?. Hehehe,
pada saat itu memang sahabat
pendengar setia. Sahabat juga berempati mendengarkan curhat terkadang juga
member solusi dan saran. Ya wajar kalau kita bisa nyaman cerita sama sahabat.
Namun, pernahkah berantem sama
sahabat? Pasti pernahlah. Namanya juga beda kepala, beda otak beda juga isinya.
Terkadang memang tak sejalan dengan pemikiran sabahabat. Lalu ? lalu ya
marahan, enggak negor, kalau ketemu maen petak umpet biar enggak ketemu. Kalau
udah capek, balikan lagi sahabatan curhat-curhatan.
Tapi, pernah enggak, pas di situasi
marahan sama sahabat. Ternyata sahabat ngebongakar rahasia sahabatnya. Ditambah
lagi terkadang ceritanya dilebih-lebihkah. Kira-kira kalau kita yang jadi
sahabatnya, marah enggak ?. pasti dongkol ya.
Hm…, masih percaya adanya sabahat?
Entahlah. Masih belum.
Untuk menghibur diri, terkadang lebih
enak untuk menceritakan dengan benda mati. Kok gitu? Hmmm… mungkin kalau benda
matinya lagi bertengkar atau tak sejalan dengan otak kita, benda mati tersebut
enggak bisa ngember deh.
Yeyeyeyeyye
embeeerrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr.
Eh jangan dimasukin di hati. Ini
hanya analisis.
J good night !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Monggo dikasih masukan ya...