Kamis, 12 Februari 2015

AKU HARI INI

Matahari seperti biasa berkutat dengan sinarnya.  Angin lalu lalang berpindah satu tempat ke tempat yang lain dengan detailnya masuk ke relung-relung kecil tak terlihat. Awan juga. Datang berkerumun, menggumpal lalu pergi lagi. Haripun sibuk dengan rintihan semua penghuni bumi.

Mataku terpaku. Diam. Bukan sedih.
Namun diam menerawang terangnya hari ini.  Begitulah keadaan saat ini. Setidaknya suasana hidupku. Bukan tentang hati. Biarlah hati berbicara, namun bukan untuk hari ini.

Tatapan korneaku kuberi jeda sejenak. Memejamkannya antara 10 detik. Ingin kubuka lagi, tapi sepertinya aku terlalu menikmati posisi ini, sejadinya aku masih menutup kelopak ini.

Ya Rabb,  lewap hembusan nafasku, lewat nyawa yang terselip di raga, maka biarkanlah aku tetap mensyukuri apapun yang datang ke padaku. Dulu... Sekarang... Dan yang akan datang. Ya.... Itupun kalau masih nyawa ini terselip bagi dunia ini.

Aku senang berada di sini. Bukan soal berapa besar aku dibayar, bukan juga seberapa besar aku berfungsi dan apa jabatan dan kedudukanku di sini. Namun, kenyamanan melihat suasana yang teduh, damai, dan senyum yang kujumpai setiap harinya.  Dari mereka semua ini kudapatkan. Indah.  Indah mendamaikan.

Aku mendapat pelajaran penting hari ini, bahwa bukan kemewahan dan kesempurnaan fisik untuk diterima di sebuah lingkaran. Namun seberapa besar niat dan tulus kita membaurkan diri dengan menampilkan apa adanya diri kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Monggo dikasih masukan ya...