Minggu, 29 November 2015

TAK BERDAYA

Aku hanyalah isi kapas yang mudah terombang-ambing. Selalu menutup mata jika bertemu dengan persimpangan. Tak berdaya melawan hembusan angin sejengkalpun. Aku sangat lemah.
Kegelisahan mencuat tatkala penuh dipikiranku.
Sesungguhnya apalah arti hidupku ini? Seberapa manfaat bagi sesama?
Kapankah ahklak ini membanggakan orang tuaku?
Seberapa bersyukurkah jiwa ini atas karuniaMu?

Ketakutanku menjadi-jadi, tatkala angin membawaku di tempat sunyi yang penuh dengan kotoran babi. Kaki ini telah berlumur. Seberapa mampu kedua tangan ini mensucikannya? Atau lari ke arah manakah? Namun aku hanya mampu mengedipkan kelopak dan menjatuhkan cairan bening satu persatu darinya. Tubuhku mulai gemetar. Pilinganku mulai berdenyut. Jantungku serasa terbungkus jaring laba-laba. Sesak…sesak…
Cacing-cacing kotoran yang entah apa jenisnya, mulai merayapi kedua kaki ini, naik…dan terus naik merayap menyisir seluruh kaki dan mulai naik ke atas.
Tulangku mulai meleleh dan pilihanku tertuju pada pasrah.

Kupejamkan mataku, tak sedikitpun kuseka cairan bening dari mataku hingga mengalir ke pipi, ke mulut dan lurus ke leher hingga badanku merasakan asinnya lekat ketakutanku.
Semua badanku gemetar dan akhirnya gelap. Aku tak tau apa yang menjalari tubuhku saai ini. Nyeri di pantatku, nyeri di punggungku, lenganku dan semuanya rata. Entahlah sengatan apa saja yang telah menguasai tubuhku saat ini. Aku tak merasakan lagi hidup.
Semua gelap…dan nafasku mulai tersekap. Kubiarkan tubuh ini jatuh ke genangan kotoran. Kurasakan kulit kepalaku mulai basah. Kucium aroma busuk tai yang telah menjalar masuk ke lubang hidungku. Telingaku tertutup cairan pekat hitam. Mulutku penuh dengan binatang-binatang yang bebas berkeliaran masuk seakan menemukan surganya di dalam perutku.
AKU MATI…!
AKU MATI…!
AKU MATI…!






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Monggo dikasih masukan ya...