Bermutu dan berkualitas?
Yaps. Expectation yang diidamkan masyarakat akan hadirnya sebuah perpustakaan yang terkadang jauh dari realita. Biar asyik dan semangat, yuk throwback
sebentar sama ingatan kita akan makna perpustakaan yang bermutu. Kita cuplik sedikit
dari sebuah tulisan inspiratif Mega Miningsih, 1999:22. “Bahwasanya,
perpustakaan yang bermutu dapat diukur dari keberhasilannya dalam menyajikan
pelayanan yang prima kepada pemakainya. Di samping informasi yang tersedia up
to date, semakin baik pelayanannya, semakin tinggi penghargaan yang
diberikan masyarakat pada sebuah perpustakaan. lebih lanjut, lengkapnya
fasilitas yang tersedia, besarnya dana pengembangan yang disediakan, banyaknya
pustakawan yang direkrut, tidak berarti apa-apa bila perpustakaan tidak mampu
memberikan pelayanan infromasi yang bermutu. Dengan demikian, secara riil perpustakaan sudah seharusnya memiliki pustakawan yang berkualitas.”
Kalimat paling terakhir
adalah yang paling menarik untuk diungkap!. Pustakawan yang seperti apa yang bisa disebut sebagai pustakawan yang
berkualitas?
Pustakawan harus
mau sedikit berubah dari peran lamanya sebagai pelengkap perpustakaan. helo?
Bangun bro. Hari gini pustakawan cuma jadi pelengkap…? Lalu apa hubunganya
dengan film Zootopia?. Film animasi yang tayang awal 2016 lalu? Yang penasaran
sama filmnya coba tonton cuplikanya dengan klik DI SINI.
Ada dua tokoh unik dengan karakter yang khas, yakni Flash dan Judy Hoops. Flash adalah diantara karakter lucu dalam film tersebut yang digambarkan sebagai seekor kukang yang bekerja sebagai Customer Service di layanan data plat nomor kendaraan di Zootopia. Nih dia si Flash.
Selayaknya kukang, ia bertindak sangat lamban sekali. Baik dalam bertindak maupun berbicara. Bahkan air liurnya saja yang menetes dari mulut membutuhkan waktu sekitar 5 menit sampai benar-benar jatuh sampai ke meja. Bisa dibayangkan berapa lamanya waktu yang dihabiskan Flash dalam memberikan pelayanan kepada semua customernya?
Ada dua tokoh unik dengan karakter yang khas, yakni Flash dan Judy Hoops. Flash adalah diantara karakter lucu dalam film tersebut yang digambarkan sebagai seekor kukang yang bekerja sebagai Customer Service di layanan data plat nomor kendaraan di Zootopia. Nih dia si Flash.
Selayaknya kukang, ia bertindak sangat lamban sekali. Baik dalam bertindak maupun berbicara. Bahkan air liurnya saja yang menetes dari mulut membutuhkan waktu sekitar 5 menit sampai benar-benar jatuh sampai ke meja. Bisa dibayangkan berapa lamanya waktu yang dihabiskan Flash dalam memberikan pelayanan kepada semua customernya?
Kemudian ada juga Judy
Hoops, yang merupakan karakter utama dalam film Zootopia. Ia adalah kelinci
perempuan dari Lumbung kelinci yang berhasil mewujudkan cita-citanya sebagai
seorang polisi di Zootopia. Nih dia si Judy Hoops.
Selayaknya kancil, Judy Hoops berkarakter cerdas dan cekatan. Judy Hoops memiliki banyak sifat positif, seperti pantang menyerah, percaya diri, selalu bersemangat, suka menolong, bertanggung jawab dan ingin selalu memberikan yang terbaik di setiap tugas yang diberikan kepadanya.
Dan, selanjutnya, yuk kita bayangkan jika Flash dan Judy Hoops adalah seorang pustakawan. Sebut saja pustakawan ala Flash dan pustakawan ala Judy Hoops. Pustakawan ala Flash adalah gambaran sosok pustakawan jadul. Nyatanya, dahulu kala bahkan mungkin saat ini pun, pustakawan sering direpresentasikan dengan sesosok weirdo people, tua (berumur), berkacamata tebal, gaptek, pegang kemoceng yang sibuk dengan dunianya menyusun tumpukan buku-buku tebal serta jalan yang gontai. Bahkan tak jarang tersebutlah pepatah “hidup segan mati tak mau”.
Selayaknya kancil, Judy Hoops berkarakter cerdas dan cekatan. Judy Hoops memiliki banyak sifat positif, seperti pantang menyerah, percaya diri, selalu bersemangat, suka menolong, bertanggung jawab dan ingin selalu memberikan yang terbaik di setiap tugas yang diberikan kepadanya.
Dan, selanjutnya, yuk kita bayangkan jika Flash dan Judy Hoops adalah seorang pustakawan. Sebut saja pustakawan ala Flash dan pustakawan ala Judy Hoops. Pustakawan ala Flash adalah gambaran sosok pustakawan jadul. Nyatanya, dahulu kala bahkan mungkin saat ini pun, pustakawan sering direpresentasikan dengan sesosok weirdo people, tua (berumur), berkacamata tebal, gaptek, pegang kemoceng yang sibuk dengan dunianya menyusun tumpukan buku-buku tebal serta jalan yang gontai. Bahkan tak jarang tersebutlah pepatah “hidup segan mati tak mau”.
Ciri khas pustakawan ala
Flash, yakni bila ada pemustaka yang bertanya seolah pustakawan enggan untuk
membantu. Adakalanya pustakawan memberikan informasi namun, ya…seperti tidak
ihklas. Mungkin pantatnya sudah terpatri dengan kursi yang didudukinya. Tak
jarang pustakawan hanya mengandalkan “the power of finger”. Kekuatan
telunjuk sepertinya menjadi ajian pamungkasnya. Bahkan yang lebih parahnya,
mereka kolot dan tidak mau dikritik demi kemajuan kualitas kerjanya.
Nah sebaliknya, ada pula
sosok pustakawan ala Judy Hoops. Ini menggambarkan sosok pustakawan muda,
cerdas, cekatan dan intelektual dengan sejuta potensi. Tak perlu menunggu bola.
Pustakawan ala Judy Hoops akan cerdas melihat situasi. Ia akan senantiasa menjemput
bola atas inisiatif yang timbul dari naluri kepustakawannya. Pustakawan ala Judy Hoops selalu asertif terhadap perkembangan informasi dan selalu tau bagaimana
mengelola sebuah informasi. Pustakawan ala Judy Hoops telah lama menaggalkan pakaian
gagap teknologinya. Justru teknologilah menjadi teman akrab si pustakawan ala Judy Hoops dalam mempercepat akses informasi yang dibutuhkan. Problem, tantangan
dan kritikan akan selalu diterima pustakawan ala Judy Hoops guna mengasah kemampuan dan
meningkatkan kualitas kerjanya.
Tuntutan kebutuhan
informasi saat ini yang semakin bervariasi menuntut perpustakaan memanfaatkan
teknologi informasi yang dimonitori oleh seorang pustakawan yang berkualitas
dan selalu menyesuaikan situasi serta kondisi perkembangan informasi dengan bantuan
teknologi informasi.
Lalu, yuk Kembali kepada
tugas pemberian layanan dan informasi yang bermutu dengan menganalogikan kedua tokoh Zootopia di atas. Bagi pustakawan mari bercermin. Tipe pustakawan yang manakah kita saat ini?. Kemudian, pada pustakawan tipe mana perpustakaan akan menyerahkan nasibnya? Pustakawan ala Flash atau pustakawan
ala Judy Hoops? Memang butuh sebuah proses. Setidaknya, Setujukah jika pustakawan ala
Flash layak meregenerasi dirinya menjadi pustakawan ala Judy Hoops?
Jika iya, Semoga analogi
ini menjadi cermin kesadaran bahwa pustakawan bukanlah pekerjaan remeh atau
dalam bahasa per-film-an adalah tokoh pembantu atau tokoh pelengkap bahkan
figuran. Pustakawan adalah tokoh utama dalam berjalannya proses tranformasi
informasi. keintelektualitasan sebuah masyarakat diukur dari seberapa
masyarakat menguasai informasi, dan di sanalah pustakawan benar-benar sebagai
tokoh utama.
Salam Literasi !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Monggo dikasih masukan ya...