Dua laki-laki paruh baya itu
melenggang santai di jalanan Jakabaring Kota Palembang. Mereka saling bertukar
pikiran. Satu laki-laki sedang asyik menyetir, dan teman satunya duduk
disebelahnya dengan sejuta pertanyaan tentang indahnya kota ini.
Tibalah di sebuah jalanan yang sepi,
tidak ada perumahan di sekitar sini. Yang ada hanyalah sederetan semak-semak
belukar yang sebentar lagi mungkin akan menjadi gedung-gedung tinggi menjulang.
Disinilah kehidupan bermula. Bukan bercerita
tentang indahnya kota, ataupun tentang gedung-gedung tinggi.
Seiring dengan melenggangnya mobil
pribadi yang dikendarai dua laki-laki itu. Dibelakang nampak sebuah mobil yang
melaju dan mengimbangi lajunya mobil kedua laki-laki itu. Jhon lalu membuka
kaca karena penasaran. Nampak seseorang yang mengendarai mobil yang menanyakan
dongkrak ke John. John pun spontan menjawab “kami tek dongkrak mang”. Sampai dua
kali John mengucap kalimatnya “kami tek dongkrak mang”. Namun laki-laki asing
yang mengendarai mobil itu masih tetap mengendari mobilnya setara dengan mobil
yang dikendalikan oleh Khen.
Firasat aneh menggelayuti hati Khen. Tiba-tiba
ia merasakan hal yang tidak wajar. Spontan ia menyetir mobilnya semakin
kencang, Jhon pun yang duduk di sebelahnya terkejut dan sempat berteriak karena
mobil yang ia naiki melaju kencang tiba-tiba. Aneh. Mobil asing yang berdalih
meminjam dongkrak ternyata malah mengejar Khen dan John.
Tiba-tiba…..
Drrrrrrtttttttt……Drrrttrtrtttttt…….Drrrtttttttt….Dttttttrrrrrrrtttttttttttt!!!!!!!
Entahlah. Itu nampak sebuah senapan
besar menghujani mobil Khen dan John. Sontak mereka berdua panik. Khen yang
menjadi kendali stir, berusaha menginjak gas sehabis-habisnya. Namun,
terlambat! Tembakan yang tak henti-hentinya menghunjani mobil mereka, membuat
Khen tak bisa berkutik apa-apa.
Bunyi benturan yang sangat keras
menghunjani mereka berkali-kali. Entahlah tak terhitung. Namun Khen tetap
berusaha menginjak gas, agar mobil bisa lari sekencang-kencangnya. Ahhh… sial. Yang
terinjak bukan stir malahan rem. Mendadak mobil yang mereka kendarai berhenti
paksa. John yang panik tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ia menelungkupkan
badanya kebawah dan memeluk kepalanya. Terasa sangat bising sekali dan sangat
keras, sangat keras.
Tiba-tiba mobil asing itu terhenti,
nampak beberapa orang yang tergesa-gesa keluar dari mobil. Mereka berlari. Berlari
nampak terburu-buru. Semakin dekat dengan mobil Khen dan John. Khen nampak jelas mendengar derupan
kaki orang-orang itu. Dan tiba-tiba puluhan peluru AK47 kembali menghunjani
mobil Khen dan John. Kali ini semakin banyak dan berkali-kali. Hingga, Khen dan John tak dapat
mengelak lagi serbuan peluru itu, tiga peluru masuk secara paksa mengenai
lengan Khen. Jhon yang sesekali melihat ke atas dan menelungkupkan tubuhnya ke
bawah jok mobil, tak juga dapat menghindari hujanan pluru itu. Ia pun tertusuk
beberapa peluru panas itu.
Sangat menyakitkan…..
Teriakan…teriakan…. Dan darah
bertumpah ruah di tubuh Khen dan John.
Tiba-tiba seseorang yang datang
samar-samar oleh pandangan Khen berusaha mengambil alih stir mobil. Khen dengan
mudahnya ditarik keluar mobil. Ia pun harus menerima tubuhnya yang bermandikan
darah kini terlempar ke rumput-rumput. Khen masih sadar betul, orang-orang
tersebut masih menghujankan senjata itu tak henti-hentinya. Namun ia terdiam
dan menelungkupkan tubuhnya ke rumput-rumput.
Kesakitan ? sudah pasti!. Namun kali
ini Khen berpura-pura tak berdaya agar tak tersasar oleh tembakan-tembakan itu. Masih ia mendengar sederetan peluru
yang menderu-deru. Suasana sangat mencekam. Khen tetap tiarap dan menggeletakkan
tubuhnya. Sampai suatu tiba deruan peluru itu berhenti, mobil yang nampak
mengegas-ngegas melaju kencang dengan brutal.
Raib, sekejap kedua mobil itu lenyap
entah kearah mana. Termasuk mobil Khen. Ternyata bandit-bandit itu adalah
menginginkan mobil Khen dan John.
Khen masih sadar. Masih sangat
sadar. Dirasa keadaan sudah sepi, dia bangun dengan tertatih. Ia masih tak
percaya kejadian yang terjadi barusan. Ia tiba-tiba teringat dengan John .
“Jhon…Jhon…Jhon… kawanku Jhon…. Oo….
Jhon, dimano kau ? kalau masih hidup teriaklah, aku ini Khen, kito keno palak,
Jhon…Jhon…. ? “
Tiba-tiba nampak suara laki-laki
yang merintih minta tolong. Ya, itu Jhon. Segera Khen tertatih mencari sumber
suara itu. Gelap nampak gelap. Namun Khen segera menemukan Jhon yang tergeletak
di semak-semak. Khen memeluk Jhon yang sama-sama bermandikan darah.
Tak sengaja Khen menyentuh bagian
kepala Jhon. Ia mendapatkan cairan kental putih keluar dari kepala belakang
Jhon. Ternyata itu otak belakang Jhon. Kepala Jhon nampak terbelah di bagian
belakang…
“Oh… Ya Allah apa yang terjadi…, “
Khen berteriak sambil memeluk Jhon. Jhon masih merintih meminta tolong, namun
dengan suara yang tidak jelas lagi.
“Aku tak bisa menolongmu Jhon, Aku
jugo terluko” ujar Khen.
Tidak ada orang. Tidak ada!.
Tinggal dua orang laki-laki yang
bersimbak luka sedang terkapar di pinggir jalan. Khen berteriak, meminta
tolong. Entah kepada siapa. Ia tetap berteriak. Sedangkan kawanya Jhon sudah
tak bersuara lagi. Ia menghembuskan nafas terakhirnya.
Kisah di atas, nampak sebuah film
action yang menegangkan.
Namun, percayalah ini adalah
kenyataan.
Saya menuliskannya 10 Jam sesaat
setelah saya mendengar langsung dari mulut Khen. Iya benar Pak Khen. Dengan tubuh
yang diperban di sana sini, ia menceritakan kejadian itu.
Saya, Ulfa, Zerta, Imron sedang
menjenguknya di RSUD BARI Palembang. Kami terdiam dan hanya merespon meringis
berdesis “his…” saat mendengar cerita kronologis kejadian pemalakan itu.
Cerita action yang sering saya
tonton di box office trans tv, ataupun di bioskop-bioskop. Terjadi di kota yang
kutinggali. Dekat di sekitar kita. Kejadian yang menegangkan. Dengan nyawa yang
sudah tak berharga lagi. Dimanakah letak hati para penjahat itu ?.
Begitu kejamnya manusia sekarang ?
Saya hanya mengucap “astagfirullahaladhim”.
Ternyata cerita action ada. Dan dikehidupan nyata. Dekat sekali dengan kita.
Entahlah ! bisakah saya tidur malam ini ?
Palembang, Sabtu 18 Mei 2014 00:24
WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Monggo dikasih masukan ya...