Kamis, 19 Mei 2016

HARMONISASI PUSTAKAWAN, PEMUSTAKA DAN TEKNOLOGI

Berkunjung di perpustakaan, pastinya tidak akan asing dengan dua mahkluk penghuni perpustakaan. yaps. Pustakawan dan pemustaka. Mahkul pertama adalah pustakawan. Pustakawan merupakan pengelola perpustakaan.
Mengacu pada UU 43 2007, bahwa perpustakaan diselenggarakan berdasarkan asas pembelajaran sepanjang hayat, demokrasi, keadilan, keprofesionalan, keterbukaan, dan keberdayaan bangsa. Perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa. Kemudian juga dijelaskan bahwa perpustakaan diselenggarakan dengan tujuan memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk  mencerdaskan kehidupan bangsa khususnya bangsa Indoensia.


Makhluk kedua adalah pemustaka. Menurut UU 43 2007, pemustaka adalah pengguna perpustakaan baik perseorangan, kelompok, masyarakat atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas perpustakaan.
Jika diambil benang merahnya, bahwa kedua makhluk ini bertemu di perpustakaan. Dengan kenyataan ini, seharusnya terjadi suatu hubungan erat yang terjalin  antara pustakawan dan pemustaka sehingga akan tercapainya tujuan perpustakaan serta terpenuhinya kebutuhan pemustaka.

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang berdampak pada kemudahan akses dan perkembangan berbagai macam teknologi pembantu kebutuhan manusia, pustakawan seakan mati kutu. Pemustaka dengan mudah menemukan sumber informasi yang dibutuhkan hanya dengan menggunakan gadged pribadinya. Ini mengakibatkan pemustaka yang datang ke perpustakaan tidak akan berkontak langsung dengan pustakawan. Lalu bagaimana hubungan yang harmonis antara pemustaka dan pustakawan akan tercipta? Apakah ini artinya pustakawan tidak dibutuhkan lagi?
Pustakwan dan pemustaka sejatinya tidak akan mampu bisa dipisahkan. Meskipun peran pustakawan semakin hari semakin digantikan dengan teknologi informasi namun itu hanyalah peran teknis. Peran teknis pustakawan seperti mengolah bahan perpustakaan dari buku datang sampai buku bisa dinikmati oleh pemustaka merupakan peran teknis pustakawan. Dengan adanya tenologi informasi, pustakawan tidak boleh minder. Justru harus semakin eksis dalam peran filosofisnya. Peran filosofis memainkan perasaan dan hati sehingga pustakawan bukan lagi pekerja teknis tetapi pustakawan adalah manajer informasi yang tugasnya memberikan ide-ide baru yang cemerlang.
Ide-ide cemerlang akan dituangkan ke dalam layanan yang tidak hanya prima tetapi berorientasi pada experience para pemustaka. Ketika ini benar-benar mampu dilaksanakan oleh pustakawan maka akan tercipta hubungan yang kuat antara pemustaka dan pustakawan. Teknologi informasi tidak menjadi sang pengambil alih pekerjaan pustakawan, namun di zaman modern saat ini maka tinggalah emosi dan perasaan yang perlu dikelola agar pustakawan hadir sebagai pemberi ide-ide brilian.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Monggo dikasih masukan ya...