NAMA : RUSMIATININGSIH
NIKM :
10422044
FAK/JUR : ADAB/ILMU PERPUSTAKAAN
PERKEMBANGAN ILMU KOMUNIKASI
Komunikasi
merupakan satu dari disiplin-disiplin yang paling tua tetapi yang paling baru.
Orang Yunani kuno melihat teori dan praktek komunikasi sebagai sesuatu yang
kritis. Popularitas komunikasi merupakan suatu berkah (a mixed blessing).Teori-teori
resistant untuk berubah bahkan dalam berhadapan dengan temuan-temuan
yang kontradiktif. Komunikasi merupakan sebuah aktifitas, sebuah ilmu social,
sebuah seni liberal dan sebuah profesi. Menurut Ruben&Steward (1998:18-37) perkembangan tersebut
adalah sebagai berikut:
1.
STUDI KOMUNIKASI AWAL. Sebenarnya sangat sulit untuk
mendeteksi kapan dan bagaimana pertama kali dipandang sebagai faktor yang
penting dalam kehidupan manusia. Berdasarkan sejarah, komunikasi diekspresikan
dan berperan dalam kehidupan manusia yaitu pada abad 5 SM dalam tulisan klasik
bangsa Mesir dan Babilonia dan essay dari Hommer yang berjudul Iliad pada abad
3000 SM. Pada tahun 2675 SM melalui ‘The Precepts” adalah berisi panduan
komunikasi efektif. Dan juga tampak pada kitab perjajnjian lama (Bible) ketika
Tuhan bersabda :Let there be light:and there was light. Dan juga pada
masayarakat Yunani yang melakukan kehidupan demokratis dengan komunikasi oral.
2.
RETORIKA DAN PIDATO
Ada beberapa
tokoh dalam perkembangan studi awal komunikasi antara lain:
a. CORAX DAN
TISIAS. Teori komunikasi pertama yang dikembangkan di Greece adalah oleh Corax
dan kemudian disusun kembali oleh muridnya Tisias. Teori ini berkaitan dengan berbicara
di ruang pengadilan sebagai ketrampilan persuasi.tisias meyakini bahwa persuasi
adalah suatu seni yang kemudian disebut retorika. Corax dan
Tisias mengembangkan konsep organisasi pesan, yaitu terdiri dari introduction,
body, dan kesimpulan.
b.PROTAGORAS. Dia mengembangkan
tentang debat. Dia mengajarkan bagaimana seharusnya mennajdi seorang pembicara
yang baik.
c. GORGIAS DARI LEONTINI. Dia
mengajarkan tentang penggunaan emosional dalam pidato persuasif, penggunaan
gaya dan figur-figur yang tepat untuk suatu pidato.
d.ISOCRATES. Dia mengajarkan
bagaimana seorang orator seharusnya dilatih dengan seni liberal dan bagaimana
menjadi seorang yang baik.
e. ARISTOTELES. Aristoteles dan
gurunya Plato adalah tokoh sentral dalam studi komunikasi awal ini. Keduanya
yang mengibarkan bahwa komunikasi adalah sebuah seni untuk dipraktekkan dan
sebagai area studi. Dia mendeskripsikan komunikasi menjadi suatu orator atau
speaker yang memberikan suatu argument untuk dipresentasikan dalam suatu pidato
untuk pendengar atau audience. Karya
klasiknya adalah The Rhetoric, yang berisi 3 buku yang menekankan pada the
speaker, the audience dan speech. Dalam bukunya yang pertama yang memfokuskan
pada persuasi yang mengenalkan ethos (sifat sumber), pathos ( emosi dari
audience) dan logos ( sifat dari pesan yang disampaikan sumber kepada
audience). Buku kedua menekankan pada sifat audience dan bagaimana pembicara
dapat membangun emosi audience. Menurut dia faktor demografi mempengaruhi
audience (termasuk usia dan kelas sosial) dalam menerima pesan.Dan buku ketiga
menekankan pada gaya dan bagaimana suatu pesan dikonstuksikan dan diterima.
f. AUGUSTINE. Dia
mengapliksikan komunikasi dalam melakukan interpretasi dari Bible dan tulisan
religious lainnya. Dia
menyatukan aspek praktis dan teoritis dari studi komunikasi.
g. SIR FRANCIS BACON. Dia mengenalkan
pembuatan pidato dan penulisannya yang di susun untuk tujuan praktis.
h. PLATO. Dalam tulisannya Plato
menggarisbawahi pentingnya mempelajari retorika yang memberikan kontribusi
untuk dapat menjelaskan perilaku manusia. Bidang ini mempelajari sifat
kata-kata, sifat manusia, cara mereka hidup, dan segala yang dapat mempengaruhi
manusia dalam kehidupannya.
i. CICERO. Dia
mengembangkan teori retorika dan melihat komunikasi sebagai persoalan akademik
dan praktis. Pandangannya bahwa komunikasi adalah komprehensif yang melibatkan
seluruh domain ilmu sosial.
j. QUINTILIAN. Dia mengajarkan
bagaimana cara menjadi seorang komunikator yang baik itu perlu dididik.
3.
JURNALISME
Praktek
jurnalistik dimulai pada tahun 3700 tahun lalu di Mesir, ketika laporan
peristiwa-peristiwa pada waktu dituliskan pada makam raja Mesir. Julius Caesar,
dan mempunyai laporan resmi mengenai berita-berita sehari-hari yang ditempatkan
di tempat-tempat public. Berita itu diperbanyak dan dijual. Pada awalnya surat
kabar merupakan campuran dari newsletter, balada, proklamasi, brosur politik,
dan pamphlet yang menggambarkan berbagai kejadian. Pertengahan 1600 an muncul surat
kabar modern. Surat kabar AS pertama ’Public Occurences Both Foreign and
Domestic’ terbit tahun 1690 di Boston.
4.
TAHUN 1900-AN-1930-AN PERKEMBANGAN
PIDATO DAN JURNALISME
Awal
abad 19 pidato muncul sebagai sebuah disiplin tersendiri di AS:
a.
Tahun 1909 dibentuk (Eastern States Speech Association).Tahun 1910
mengadakan konferensi tahunan pertama.
b.
Tahun 1914 terbentuk The National Association of Teachers of Public
Speaking(sekarang Speech Communication Association)
c.
Tahun 1915 terbit jurnal ‘Quaterly Journal of Public Speaking’diikuti
journal Quaterly Journal of Speech.
5. TAHUN 1940-1N
DAN 1950-1N PERTUMBUHAN INTERDISIPLIN
Sejumlah
sarjana dari variasi disiplin ilmu sosial mulai mengembangkan teori-teori
komunikasi yang merupakan perluasan bidang-bidang komunikasi.Contohnya bidang
antropologi yang mengkaji dan gesture-gesture pada budaya-budaya tertentu
berdasarkan pada kajian komunikasi non verbal yang lebih luas.peneliti peneliti
mulsai memberi perhatian pada persuasi, termasuk bagaiamana propaganda
dilakukan, bagaimana opini publik dibentuk dn bagaimana perkembangan media yang
memberi kontribusi pada usaha persuasive. Kurt Lewin dan koleganya memimipin
penelitian pada kelompok dinamik. Carl Hovland dan Paul Lazarfeld melakukan
riset awal pada komunikasi massa. Ilmuwan sosiologi dan politik mempelajari sifat media
massa dalam berbagai aktifitas social dan politik misalnya voting
behaviour.Dalam bidang zoology mengkaji mengenai komunikasi diantara
binatang-binatang.Demikian juga bidang linguistic , sematik umum, dan semiotic
yang memfokuskan pada sifat bahasa dan perannya dalam kehidupan manusia yang
mendorong studi ilmu komunikasi. Dalm retorika dan pidato pada akhir tahun
1940an dan 1950an mengkaji mengenai interpretasi oral, suara,dan diksi, debat,
theater,fisiologi pidato,dan patologi pidato.Jurnalisme dan studi media massa
memberi perhatian pada sifat dan efek media massa dan komunikasi massa.
Sampai akhir tahun 1950an mulai
terbentuk The National Society for the Study of Communication (sekarang The
International Communication Association)dengan tujuan membuat satu kesatuan
hubungan antara pidato, bahasa, dan media.Perkembangan-perkembangan ini
mempercepat pertumbuhan komunikasi sebagai sebuah disiplin ilmu.
Pada masa ini banyak muncul tokoh-tokoh
antara lain Harold D Lasswell yang mengkaji tentang propaganda politik pada
tahun 1948. Satu tahun kemudian Claude Shannon mempublikasikan hasil
penelitiannya di Bell Telepon tentang soal mesin dari pengiriman/trnasmisi signal.hasilnya
adalah menjadi dasar uytama model Shannon dan Weaver. Wirburr Schramm juga
mengkaji bahwa komunikasi merupakan upaya bertujuan untuk menciptakan suatu
kesamaan makna diantara sumber dan penerima.Pada tahun 1955 ilmuwan politik
Elihu Katz dan Paul Lazarfeld memperkenalkan two step flow model Mereka
mengenalkan konsep opinion leader(pemuka pendapat). Dan Bruce Westley
dan Malcom S. Maclean,Jr. menyatakan bahwa proses komunikasi adalah dimulai
dari penerimaaan pesan bukan dari pengiriman pesan.Hal ini merupakan gabungan
antara komunikasi interpersonal dan komunikasi dalam media massa.
6. TAHUN 1960-AN INTEGRASI
Pada tahun 1960 an para ilmuwan melakukan sintesa dari
retorika dan pidato, jurnalisme dan media massa, dan disiplin ilmu social
lainnya.kontribusi pada integrasi ini ditandai dengan berbagai buku antara lain
The Process of Communication(1960), The Effect s of Mass
Communication(1960), On Human Communication(1961), Diffusion of
Innovations (1962), The Science of Human Commnunication (1963), Understanding
Media(1964), and Theories of Mass Communication(1966).
Komunikasi
menarik minat beberapa displin lain selama decade 1960an. Para ahli sosiologis
memfokuskan pada dinamika kelompok, relasi social, asal pengethuan social. Para
ilmuwan politik menulis tentang peran komunikasi dalam pemerintahan,opini
public, propaganda dan pembentukan citra politik merupakan bidang komunikasi
politik. Pada bidang administrasi memperlajari tentang organisasi, managemen,
kepemimpinan, dan jaringan informasi yang menjadi dasar pertumbuhan komunikasi
organisasi yang muncul pada tahun 1970an. Bidang antropologi dan linguistic
bersama-sama sehingga memunculkan are studi komunikasi antar budaya dan selama
tahun 1960an para ahli zoology mengkaji komunikasi binatang.
7. TAHUN 1970-AN DAN AWAL 1980-AN PERTUMBUHAN DAN SPESIALISASI
Dalam periode
ini beberapa bidang kajian mulai popular. Perluasan dan spesialisasi bidang
mencapai tingkatan tinggi pada periode ini. Komunikasi interpersonal menjadi
bidang yang popular seperti mempelajari interaksi nonverbal, ilmu informasi,
teori informasi dam sistem informasi dan komunikasi merupakan topic lainnya
yang juga menarik. Dismaping itu pada tahun yang sama komunikasi kelompok,
organisasi, politik, internasional dan intercultural bermunculan sebagai area
studi.
8. AKHIR TAHUN 1980-AN DAN 1990 ABAD INFORMASI
Sebuah masa dimana komunikasi dan tehnologi informasi secara
meningkat telah memainkan peran penting di masyarakat kita. Informasi sebagai
komoditas. Media baru dan media penyatu. Pengaruh ekonomi dan pasar.
Komunikasi sebagai proses. Memperkuat
hubungan antardisiplin:
a.
Psikologi kognitif ( persepsi,interpretasi, penyimpanan dan penggunaan
informasi).
b. Kajian kritis dan budaya (pengaruh
sejarah, social, dan budaya pada penciptaan, transmisi, interpretasi, akibat
dan penggunaan pesan)
c. Ekonomi (produksi dan konsumsi
informasi sebagai sumberdaya ekonomi)
d. Ilmu komputer dan rekaya elektrik
(penyimpanan, mendapatkan kembali, manipulasi dan transmisi informasi
e.
Ilmu informasi(klasifikasi, managemen dan penyimpanan infromasi)
f. Jurnalisme (sumber infromasi, isi,
komunikasi public dan media massa)
g.
Sastra (penciptaan dan interpretasi pembaca pada materi teks)
h.
Pemasaran (kebutuhan dan pilihan pengguna untuk adopsi dan penggunaan pesan,
produk dan layanan)
i. Filsafat( dimensi dari proses komunikasi
individual dan media massa). http://adiprakosa.blogspot.com/2008/09/tradisi-ilmu-komunikasi-dan.html
Latar Belakang Studi
Komunikasi Antar Budaya.
Perkembangan dunia
saat ini tampak semakin maju pada apa yang disebut sebagai suatu “Global
Village“ (desa dunia). Salah satu implikasinya adalah semakin meningkatnya
kontak-kontak komunikasi antar budaya dan hubungan antar berbagai bangsa dan
negara yang masing – masing memiliki berbagai macam perbedaan dalam aspek-aspek
tertentu misalnya, ideologis, orientasi dan gaya hidup yang mungkin tidak
terlepas dari terjadinya permasalahan yang berupa konflik, kekerasan,
permusuhan, perpecahan, diskriminasi dan lain-lain.
Dari berbagai macam masalah tersebut orang mulai sadar bahwa cara-cara untuk berhubungan dalam konteks antar budaya tidaklah sederhana. Berdasarkan luas lingkup permasalahannya, maka kesadaran itu dapat dibagi dalam tiga kategori : kesadaran internasional, kesadaran domestik atau dalam negeri, dan kesadaran pribadi.
Dari berbagai macam masalah tersebut orang mulai sadar bahwa cara-cara untuk berhubungan dalam konteks antar budaya tidaklah sederhana. Berdasarkan luas lingkup permasalahannya, maka kesadaran itu dapat dibagi dalam tiga kategori : kesadaran internasional, kesadaran domestik atau dalam negeri, dan kesadaran pribadi.
Kesadaran
Internasional. Dilatarbelakangi oleh mobilitas
manusia yang meningkat, teknologi komunikasi modern, serta kesadaran akan
masalah-masalah dunia yang harus ditangani bersama-sama, tampaknya secara
radikal meningkatnya hubungan antarbudaya, yang tadinya terkendali oleh ruang
dan waktu. Dengan berkurangnya hambatan – hambatan komunikasi maka dunia seakan
terdesak pada kebutuhan untuk tercapainya saling pengertian antara sesama umat
manusia. Belajar untuk mengerti pikiran dan perilaku orang-orang lain, tidak
saja menjadi perhatian utama dari pemerintah suatu negara, tetapi juga
lembaga-lembaga perekonomian dan keagamaan, serta individu-individu yang
berusaha untuk memahami dini yang semakin kompleks ini. Setelah Perang Dunia
II, beberapa program yang berkaitan dengan penanganan masalah-masalah situasi
dunia dan kebijakan luar negeri AS mulai dijalankan, yang pada akhirnya
mempengaruhi perkembangan ilmu Komunikasi Antarbudaya.
Pada tahun
1950-an, beberapa ahli seperti Edward T. Hall menemukan bahwa lembaga-lembaga
khusus yang diadakan oleh pemerintah untuk memberikan informasi AS ke dunia
luar kadang-kadang kurang mempunyai pengetahuan tentang kebudayaan. Bahkan
sehingga muncul istilah The Ugly American bagi pejabat-pejabat dinas luar
negeri yang dirasakan kurang terlatih, sehingga kurang kesadaran dan
keterampilannya dalam menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan
komunikasi antarbudaya. Hall menyusun buku “The Silent Language“ (1959), yang bisa
dianggap menandakan lahirnya komunikasi antarbudaya, karena merupakan sintesis
dari berbagai hal yang pokok dan mendasar dalam memahami kebudayaan dan
komunikasi, persepsi-persepsi budaya tentang ruang jarak antar pribadi, dan
waktu, serta hubungannya dengan berbagai kesalahpahaman antarbudaya.
Kesadaran Domestik. Bersamaan dengan perubahan-perubahan di dunia internasional, semacam perubahan kebudayaan juga terjadi di dalam negeri, termasuk munculnya berbagai macam kelompok sub-budaya yang menyimpang dari kebudayaan dominan masyarakat. Misalnya, di Amerika munculnya kelompok – kelompok minoritas sub-budaya baru seperti kelompok orang hitam, Chicanos, golongan wanita, kaum homoseksual, orang miskin dan lain-lain bahkan di Indonesia sendiri juga sudah mulai bermunculan kelompok-kelompok sub-budaya di daerah perkotaan seperti kelompok kaum “homoseks“, “kawula muda“ dengan “geng“ dan bahasanya prokemnya menambah variasi kebudayaan di negara kita yang tentunya kemungkinan timbulnya permasalahan sosial yang akan meningkat pula.
Masalah-masalah yang muncul tidak saja disebabkan oleh perbedaan bahasa atau bentuk fisik, tetapi lebih mendalam dan kompleks karena menyangkut perbedaan nilai dan cara memandang kehidupan. Dengan demikian, kebutuhan untuk memahami dan berinteraksi dengan kelompok-kelompok sub-budaya ini mendorong perlu dilakukannya studi tentang komunikasi antarbudaya yang kiranya merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah dan tidak perlu ditunda lagi.
Kesadaran Domestik. Bersamaan dengan perubahan-perubahan di dunia internasional, semacam perubahan kebudayaan juga terjadi di dalam negeri, termasuk munculnya berbagai macam kelompok sub-budaya yang menyimpang dari kebudayaan dominan masyarakat. Misalnya, di Amerika munculnya kelompok – kelompok minoritas sub-budaya baru seperti kelompok orang hitam, Chicanos, golongan wanita, kaum homoseksual, orang miskin dan lain-lain bahkan di Indonesia sendiri juga sudah mulai bermunculan kelompok-kelompok sub-budaya di daerah perkotaan seperti kelompok kaum “homoseks“, “kawula muda“ dengan “geng“ dan bahasanya prokemnya menambah variasi kebudayaan di negara kita yang tentunya kemungkinan timbulnya permasalahan sosial yang akan meningkat pula.
Masalah-masalah yang muncul tidak saja disebabkan oleh perbedaan bahasa atau bentuk fisik, tetapi lebih mendalam dan kompleks karena menyangkut perbedaan nilai dan cara memandang kehidupan. Dengan demikian, kebutuhan untuk memahami dan berinteraksi dengan kelompok-kelompok sub-budaya ini mendorong perlu dilakukannya studi tentang komunikasi antarbudaya yang kiranya merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah dan tidak perlu ditunda lagi.
Kesadaran
Pribadi. Terdapat beberapa keuntungan yang bisa di dapat
oleh individu secara pribadi dari studi komunikasi antarbudaya ini. Keuntungan
tersebut antara lain :
Ø Perasaan senang dan puas dalam
menemukan suatu kebudayaan yang baru dari
orang lain.
orang lain.
Ø Dapat mmbantu untuk menghindari
masalah-masalah komunikasi.
Ø Terbukanya kesempatan-kesempatan
kerja untuk bidang komunikasi antarbudaya.
Ø Memberikan kesempatan untuk mampu mempersiapkan dan memahami diri
sendiri.
Ø Memberikan kesempatan untuk mampu mempersiapkan dan memahami diri
sendiri.
Dengan
semakin banyaknya perubahan-perubahan yang terjadi khususnya pada kebudayaan
dan sub-budaya dibutuhkan pula kita harus mengikuti perubahan dan perkembangan
dari kebudayaan tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan adanya kajian ilmu
tersendiri untuk mengatasi masalah-masalah komunikasi antarbudaya ini.
Komunikasi antarbudaya sudah bisa dianggap sebagai suatu bidang studi, karena
sudah banyaknya kepustakaan yang semakin lengkap dari berbagai penelitian,
karya para ahli antropologi, bahasa, pendidikan, sosiologi dan komunikasi
ujaran.dan menurut Sitaram (1976) telah memenuhi syarat-syarat dari suatu
cabang ilmu pengetahuan.
Dimensi-dimensi
Komunikasi Antarbudaya.
Untuk mencari
kejelasan dan mengintegrasikan berbagai konseptualisasi tentang kebudayaan
dalam konteks komunikasi antarbudaya, ada tiga dimensi yang perlu diketahui:
a. Tingkat masyarakat kelompok budaya dari para partisipan.
a. Tingkat masyarakat kelompok budaya dari para partisipan.
b. Konteks sosial tempat terjadinya
komunikasi antarbuday.
c. saluran yang dilalui oleh
pesan-pesan komunikasi antarbudaya (baik yang bersifat
verbal maupun non verbal)
verbal maupun non verbal)
1. Tingkat Masyarakat
Kelompok Budaya Dari Para Partisipan. Dimensi pertama ini
menunjukkan bahwa istilah kebudayaan telah digunakan untuk merujuk kepada
macam-macam tingkat lingkupan dan kompleksitas dari organisasi sosial. Umumnya
istilah kebudayaan mencakup beberapa pengertian sebagai berikut :
a. Kawasan-kawasan di dunia,
misalnya: budaya timur, budaya barat.
b. Sub kawasan-kawasan di dunia,
misalnya budaya Amerika Utara, budaya Asia Tenggara.
c. Nasional/negara, misalnya,
budaya Indonesia, budaya Perancis, budaya Jepang.
d. Kelompok-kelompok etnik-ras
dalam negara seperti<. Budaya orang Amerika hitam, budaya Cina Indonesia.
e. Macam-macam sub kelompok
sosiologis berdasarkan kategori jenis kelamin, kelas sosial, coundercultures
(budaya Hippis, budaya orang di penjara, budaya gelandangan, budaya
kemiskinan).
2. Konteks Sosial
Tempat Terjadinya Komunikasi Antarbudaya.
Macam kegiatan komunikasi
antarbudaya dapat diklasifikasikan lagi berdasarkan konteks sosialnya. Konteks
sosial komunikasi antar budaya meliputi, bisnis, organisasi, pendidikan,
akulturasi imigran, politik, penyesuaian pelancong/pendatang sementara,
perkembangan ahli teknologi. Komunikasi dalam semua konteks sosial tersebut
pada dasarnya memilih persamaan dalam hal unsur-unsur dasar dan proses
komunikasi (misalnya yang menyangkut penyampaian, penerimaan dan pemrosesan).
Tetapi adanya pengaruh kebudayaan yang tercakup dalam latar belakang pengalaman
individu membentuk pola-pola persepsi pemikiran, penggunaan pesan
verbal/nonverbal serta hubungan-hubungannya. Contoh, variasi kontekstual
komunikasi antara orang Indonesia dengan orang Jepang dalam suatu transaksi
dagang akan berbeda dengan komunikasi keduanya dalam berperan sebagai mahasiswa
dalam suatu universitas. Dengan demikian, konteks sosial tempat terjadinya
komunikasi antarbudaya memberikan bagi para partisipan hubungan-hubungan antar
peran, ekspektasi-ekspektasi, norma-norma, dan aturan-aturan tingkah laku yang
khusus.
3. Saluran Yang Dilalui Oleh Saluran Komunikasi Antarbudaya .
3. Saluran Yang Dilalui Oleh Saluran Komunikasi Antarbudaya .
Dimensi ini menunjukkan tentang
saluran apa yang dipergunakan dalam komunkasi antarbudaya. Secara garis besar
saluran dapat dibagi atas:
Ø Antar pribadi /perorangan
Ø Media massa Saluran komunikasi
juga mempengaruhi proses dan hasil keseluruhan dari komunikasi antarbudaya.
Umumnya, pengalaman komunikasi antar pribadi dianggap memberikan dampak yang
lebih mendalam. Sedangkan, komunikasi melalui media kurang dalam hal feedback
langsung antar partisipan yang hanya bersifat satu arah. Saluran antar pribadi
tidak dapat menyaingi kekuatan saluran media dalam mencapai jumlah besar
manusia sekaligus batas-batas kebudayaan. Tetapi dalam keduanya, proses
komunikasi bersifat antarbudaya bila partisipan-partisipannya berbeda latar
belakang budayanya.
Hubungan Antara
Komunikasi dan Kebudayaan.
Hubungan Timbal Balik Antara
Komunikasi dan kebudayaan
Sarbaugh (1979) berpendapat bahwa dalam memahai komunikasi antar budaya, diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep komunikasi antar budaya dan ketergantungannya satu sama lain. Sarbaugh berpendapat :
Sarbaugh (1979) berpendapat bahwa dalam memahai komunikasi antar budaya, diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep komunikasi antar budaya dan ketergantungannya satu sama lain. Sarbaugh berpendapat :
1. Apabila disadari pola komunikasi
yang khas dapat berkembang atau dapat berubah dalam suatu kelompok tertentu.
2. Kesamaan tingkah laku generasi
ke generasi dapat terjadi karena adanya komunikasi
Smith (1966) menerangkan hubungan kebudayaan dan komunikasi yang tidak dapat terpisahkan:
Smith (1966) menerangkan hubungan kebudayaan dan komunikasi yang tidak dapat terpisahkan:
1. Kebudayaan
merupakan suatu kode atau peraturan yang diiliki bersama
2. Untuk mempelajari dan memiliki diperlukan komunikasi.
2. Untuk mempelajari dan memiliki diperlukan komunikasi.
Pada hubungan
paling kecil (antara dua orang) berkembangnya komunikasi yang erat seperti
pertemanan hingga perkawinan nantinya akan membentuk kompromi yang disadari
atau tidak membuat suatu standarisasi yang dapat disebut kebudayaan
Pada organisasi atau kelompok kecil dari cara komunikasi mereka seperti cara bicara, ungkapan syarat dan cara berpakaian menjadi penyesuaian dan menjadi kebudayaan bagi anggotanya. Dalam tingkat komunikasi masyarakat yang lebih luas seperti tata bicara yang baik, mata uang, lagu dan bendera kebangsaan manjadi kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan. Hubungan antara individu dan kebudayaan saling mempengaruhi dan saling menemukan. Kebudayaan yang diciptakan harus dipatuhi dan mengikat agar dapat menjadi bagian dari kebudayaan.
Pada organisasi atau kelompok kecil dari cara komunikasi mereka seperti cara bicara, ungkapan syarat dan cara berpakaian menjadi penyesuaian dan menjadi kebudayaan bagi anggotanya. Dalam tingkat komunikasi masyarakat yang lebih luas seperti tata bicara yang baik, mata uang, lagu dan bendera kebangsaan manjadi kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan. Hubungan antara individu dan kebudayaan saling mempengaruhi dan saling menemukan. Kebudayaan yang diciptakan harus dipatuhi dan mengikat agar dapat menjadi bagian dari kebudayaan.
Hakikat
Kebudayaan Dalam Komunikasi Antar Budaya
Kebudayaan merupakan sesuati yang lumrah kagi tiap orang. Kebudayaan sering diidentikan dengan bangsa. Kebudayaan juga sering digunakan untuk menunjuk kualitas atau sifat tertentu. Misalnya orang yang tidak berbicara menurut etika umumnya dikatakan sebagai orang yang tidak berbuday. Walapun maksudnya orang tersebut tidak berpendidikan atau berpengalaman tentang keindahan duniawi. Landasan-landasan yang dapat digunakan sebagai pembahasan mengenai hakikat faktor kebudayaan dalam KAB (komunikasi Antar Budaya)
Kebudayaan merupakan sesuati yang lumrah kagi tiap orang. Kebudayaan sering diidentikan dengan bangsa. Kebudayaan juga sering digunakan untuk menunjuk kualitas atau sifat tertentu. Misalnya orang yang tidak berbicara menurut etika umumnya dikatakan sebagai orang yang tidak berbuday. Walapun maksudnya orang tersebut tidak berpendidikan atau berpengalaman tentang keindahan duniawi. Landasan-landasan yang dapat digunakan sebagai pembahasan mengenai hakikat faktor kebudayaan dalam KAB (komunikasi Antar Budaya)
Kim (1979 : 435)
kebudayaan merupakan kumpulan pola kehidupan yang dipelajari sekelompok manusia
dari generasi ke generasi.
Samovar (1981 :
25) kebudayaan mengkondisikan manusia menuju cara-cara berkomunikasi dan
bertingkah laku.
Dodd (1982 : 27)
melihat kebudayaan sebagai konsep yang bergerak melalui suatu kontinum mulai
dari keyakinan diri dan orang lain, nilai, norma , dan kegiatan.
Ruben (1984 :
302-312) menyebutkan karakteristik budaya antara lain pertama, kebudayaan
bersifat kompleks dan banyak segi. Kedua, kebudayaan tidak dapat dilihat.
Ketiga, kebudayaan berubah sejalannya waktu.
makasih :)
BalasHapusSama sama....
BalasHapusSama sama....
BalasHapusmba rusmiatiningsih, yang tahun 1960-an itu tambahin dong, tugas saya tentang 1960-an doang nih -_-
BalasHapus