Sabtu, 19 Oktober 2013

PERKEMBANGAN ILMU KOMUNIKASI

NAMA            : RUSMIATININGSIH
NIKM                         : 10422044
FAK/JUR        : ADAB/ILMU PERPUSTAKAAN

PERKEMBANGAN ILMU KOMUNIKASI
Komunikasi merupakan satu dari disiplin-disiplin yang paling tua tetapi yang paling baru. Orang Yunani kuno melihat teori dan praktek komunikasi sebagai sesuatu yang kritis. Popularitas komunikasi merupakan suatu berkah (a mixed blessing).Teori-teori resistant untuk berubah bahkan dalam berhadapan dengan temuan-temuan yang kontradiktif. Komunikasi merupakan sebuah aktifitas, sebuah ilmu social, sebuah seni liberal dan sebuah profesi. Menurut Ruben&Steward (1998:18-37) perkembangan tersebut adalah sebagai berikut:

1.      STUDI KOMUNIKASI AWAL. Sebenarnya sangat sulit untuk mendeteksi kapan dan bagaimana pertama kali dipandang sebagai faktor yang penting dalam kehidupan manusia. Berdasarkan sejarah, komunikasi diekspresikan dan berperan dalam kehidupan manusia yaitu pada abad 5 SM dalam tulisan klasik bangsa Mesir dan Babilonia dan essay dari Hommer yang berjudul Iliad pada abad 3000 SM. Pada tahun 2675 SM melalui ‘The Precepts” adalah berisi panduan komunikasi efektif. Dan juga tampak pada kitab perjajnjian lama (Bible) ketika Tuhan bersabda :Let there be light:and there was light. Dan juga pada masayarakat Yunani yang melakukan kehidupan demokratis dengan komunikasi oral.
2.      RETORIKA DAN PIDATO
Ada beberapa tokoh dalam perkembangan studi awal komunikasi antara lain:
a. CORAX DAN TISIAS. Teori komunikasi pertama yang dikembangkan di Greece adalah oleh Corax dan kemudian disusun kembali oleh muridnya Tisias. Teori ini berkaitan dengan berbicara di ruang pengadilan sebagai ketrampilan persuasi.tisias meyakini bahwa persuasi adalah suatu seni yang kemudian disebut retorika. Corax dan Tisias mengembangkan konsep organisasi pesan, yaitu terdiri dari introduction, body, dan kesimpulan.
b.PROTAGORAS. Dia mengembangkan tentang debat. Dia mengajarkan bagaimana seharusnya mennajdi seorang pembicara yang baik.
c. GORGIAS DARI LEONTINI. Dia mengajarkan tentang penggunaan emosional dalam pidato persuasif, penggunaan gaya dan figur-figur yang tepat untuk suatu pidato.
d.ISOCRATES. Dia mengajarkan bagaimana seorang orator seharusnya dilatih dengan seni liberal dan bagaimana menjadi seorang yang baik.
e. ARISTOTELES. Aristoteles dan gurunya Plato adalah tokoh sentral dalam studi komunikasi awal ini. Keduanya yang mengibarkan bahwa komunikasi adalah sebuah seni untuk dipraktekkan dan sebagai area studi. Dia mendeskripsikan komunikasi menjadi suatu orator atau speaker yang memberikan suatu argument untuk dipresentasikan dalam suatu pidato untuk pendengar atau audience. Karya klasiknya adalah The Rhetoric, yang berisi 3 buku yang menekankan pada the speaker, the audience dan speech. Dalam bukunya yang pertama yang memfokuskan pada persuasi yang mengenalkan ethos (sifat sumber), pathos ( emosi dari audience) dan logos ( sifat dari pesan yang disampaikan sumber kepada audience). Buku kedua menekankan pada sifat audience dan bagaimana pembicara dapat membangun emosi audience. Menurut dia faktor demografi mempengaruhi audience (termasuk usia dan kelas sosial) dalam menerima pesan.Dan buku ketiga menekankan pada gaya dan bagaimana suatu pesan dikonstuksikan dan diterima.
f. AUGUSTINE. Dia mengapliksikan komunikasi dalam melakukan interpretasi dari Bible dan tulisan religious lainnya. Dia menyatukan aspek praktis dan teoritis dari studi komunikasi.
g. SIR FRANCIS BACON. Dia mengenalkan pembuatan pidato dan penulisannya yang di susun untuk tujuan praktis.
h. PLATO. Dalam tulisannya Plato menggarisbawahi pentingnya mempelajari retorika yang memberikan kontribusi untuk dapat menjelaskan perilaku manusia. Bidang ini mempelajari sifat kata-kata, sifat manusia, cara mereka hidup, dan segala yang dapat mempengaruhi manusia dalam kehidupannya.
i. CICERO. Dia mengembangkan teori retorika dan melihat komunikasi sebagai persoalan akademik dan praktis. Pandangannya bahwa komunikasi adalah komprehensif yang melibatkan seluruh domain ilmu sosial.
j. QUINTILIAN. Dia mengajarkan bagaimana cara menjadi seorang komunikator yang baik itu perlu dididik.
3. JURNALISME
Praktek jurnalistik dimulai pada tahun 3700 tahun lalu di Mesir, ketika laporan peristiwa-peristiwa pada waktu dituliskan pada makam raja Mesir. Julius Caesar, dan mempunyai laporan resmi mengenai berita-berita sehari-hari yang ditempatkan di tempat-tempat public. Berita itu diperbanyak dan dijual. Pada awalnya surat kabar merupakan campuran dari newsletter, balada, proklamasi, brosur politik, dan pamphlet yang menggambarkan berbagai kejadian. Pertengahan 1600 an muncul surat kabar modern. Surat kabar AS pertama ’Public Occurences Both Foreign and Domestic’ terbit tahun 1690 di Boston.
4. TAHUN 1900-AN-1930-AN PERKEMBANGAN PIDATO DAN JURNALISME
Awal abad 19 pidato muncul sebagai sebuah disiplin tersendiri di AS:
a. Tahun 1909 dibentuk (Eastern States Speech Association).Tahun 1910 mengadakan konferensi tahunan pertama.
b. Tahun 1914 terbentuk The National Association of Teachers of Public Speaking(sekarang Speech Communication Association)
c. Tahun 1915 terbit jurnal ‘Quaterly Journal of Public Speaking’diikuti journal Quaterly Journal of Speech.
5. TAHUN 1940-1N DAN 1950-1N PERTUMBUHAN INTERDISIPLIN
Sejumlah sarjana dari variasi disiplin ilmu sosial mulai mengembangkan teori-teori komunikasi yang merupakan perluasan bidang-bidang komunikasi.Contohnya bidang antropologi yang mengkaji dan gesture-gesture pada budaya-budaya tertentu berdasarkan pada kajian komunikasi non verbal yang lebih luas.peneliti peneliti mulsai memberi perhatian pada persuasi, termasuk bagaiamana propaganda dilakukan, bagaimana opini publik dibentuk dn bagaimana perkembangan media yang memberi kontribusi pada usaha persuasive. Kurt Lewin dan koleganya memimipin penelitian pada kelompok dinamik. Carl Hovland dan Paul Lazarfeld melakukan riset awal pada komunikasi massa. Ilmuwan sosiologi dan politik mempelajari sifat media massa dalam berbagai aktifitas social dan politik misalnya voting behaviour.Dalam bidang zoology mengkaji mengenai komunikasi diantara binatang-binatang.Demikian juga bidang linguistic , sematik umum, dan semiotic yang memfokuskan pada sifat bahasa dan perannya dalam kehidupan manusia yang mendorong studi ilmu komunikasi. Dalm retorika dan pidato pada akhir tahun 1940an dan 1950an mengkaji mengenai interpretasi oral, suara,dan diksi, debat, theater,fisiologi pidato,dan patologi pidato.Jurnalisme dan studi media massa memberi perhatian pada sifat dan efek media massa dan komunikasi massa.
Sampai akhir tahun 1950an mulai terbentuk The National Society for the Study of Communication (sekarang The International Communication Association)dengan tujuan membuat satu kesatuan hubungan antara pidato, bahasa, dan media.Perkembangan-perkembangan ini mempercepat pertumbuhan komunikasi sebagai sebuah disiplin ilmu.
Pada masa ini banyak muncul tokoh-tokoh antara lain Harold D Lasswell yang mengkaji tentang propaganda politik pada tahun 1948. Satu tahun kemudian Claude Shannon mempublikasikan hasil penelitiannya di Bell Telepon tentang soal mesin dari pengiriman/trnasmisi signal.hasilnya adalah menjadi dasar uytama model Shannon dan Weaver. Wirburr Schramm juga mengkaji bahwa komunikasi merupakan upaya bertujuan untuk menciptakan suatu kesamaan makna diantara sumber dan penerima.Pada tahun 1955 ilmuwan politik Elihu Katz dan Paul Lazarfeld memperkenalkan two step flow model Mereka mengenalkan konsep opinion leader(pemuka pendapat). Dan Bruce Westley dan Malcom S. Maclean,Jr. menyatakan bahwa proses komunikasi adalah dimulai dari penerimaaan pesan bukan dari pengiriman pesan.Hal ini merupakan gabungan antara komunikasi interpersonal dan komunikasi dalam media massa.
6. TAHUN 1960-AN INTEGRASI
Pada tahun 1960 an para ilmuwan melakukan sintesa dari retorika dan pidato, jurnalisme dan media massa, dan disiplin ilmu social lainnya.kontribusi pada integrasi ini ditandai dengan berbagai buku antara lain The Process of Communication(1960), The Effect s of Mass Communication(1960), On Human Communication(1961), Diffusion of Innovations (1962), The Science of Human Commnunication (1963), Understanding Media(1964), and Theories of Mass Communication(1966).
Komunikasi menarik minat beberapa displin lain selama decade 1960an. Para ahli sosiologis memfokuskan pada dinamika kelompok, relasi social, asal pengethuan social. Para ilmuwan politik menulis tentang peran komunikasi dalam pemerintahan,opini public, propaganda dan pembentukan citra politik merupakan bidang komunikasi politik. Pada bidang administrasi memperlajari tentang organisasi, managemen, kepemimpinan, dan jaringan informasi yang menjadi dasar pertumbuhan komunikasi organisasi yang muncul pada tahun 1970an. Bidang antropologi dan linguistic bersama-sama sehingga memunculkan are studi komunikasi antar budaya dan selama tahun 1960an para ahli zoology mengkaji komunikasi binatang.
7. TAHUN 1970-AN DAN AWAL 1980-AN PERTUMBUHAN DAN SPESIALISASI
Dalam periode ini beberapa bidang kajian mulai popular. Perluasan dan spesialisasi bidang mencapai tingkatan tinggi pada periode ini. Komunikasi interpersonal menjadi bidang yang popular seperti mempelajari interaksi nonverbal, ilmu informasi, teori informasi dam sistem informasi dan komunikasi merupakan topic lainnya yang juga menarik. Dismaping itu pada tahun yang sama komunikasi kelompok, organisasi, politik, internasional dan intercultural bermunculan sebagai area studi.
8. AKHIR TAHUN 1980-AN DAN 1990 ABAD INFORMASI
Sebuah masa dimana komunikasi dan tehnologi informasi secara meningkat telah memainkan peran penting di masyarakat kita. Informasi sebagai komoditas. Media baru dan media penyatu. Pengaruh ekonomi dan pasar. Komunikasi sebagai proses. Memperkuat hubungan antardisiplin:
a. Psikologi kognitif ( persepsi,interpretasi, penyimpanan dan penggunaan informasi).
b. Kajian kritis dan budaya (pengaruh sejarah, social, dan budaya pada penciptaan, transmisi, interpretasi, akibat dan penggunaan pesan)
c. Ekonomi (produksi dan konsumsi informasi sebagai sumberdaya ekonomi)
d. Ilmu komputer dan rekaya elektrik (penyimpanan, mendapatkan kembali, manipulasi dan transmisi informasi
e. Ilmu informasi(klasifikasi, managemen dan penyimpanan infromasi)
f. Jurnalisme (sumber infromasi, isi, komunikasi public dan media massa)
g. Sastra (penciptaan dan interpretasi pembaca pada materi teks)
h. Pemasaran (kebutuhan dan pilihan pengguna untuk adopsi dan penggunaan pesan, produk dan layanan)
i. Filsafat( dimensi dari proses komunikasi individual dan media massa). http://adiprakosa.blogspot.com/2008/09/tradisi-ilmu-komunikasi-dan.html
Latar Belakang Studi Komunikasi Antar Budaya.
Perkembangan dunia saat ini tampak semakin maju pada apa yang disebut sebagai suatu “Global Village“ (desa dunia). Salah satu implikasinya adalah semakin meningkatnya kontak-kontak komunikasi antar budaya dan hubungan antar berbagai bangsa dan negara yang masing – masing memiliki berbagai macam perbedaan dalam aspek-aspek tertentu misalnya, ideologis, orientasi dan gaya hidup yang mungkin tidak terlepas dari terjadinya permasalahan yang berupa konflik, kekerasan, permusuhan, perpecahan, diskriminasi dan lain-lain.
Dari berbagai macam masalah tersebut orang mulai sadar bahwa cara-cara untuk berhubungan dalam konteks antar budaya tidaklah sederhana. Berdasarkan luas lingkup permasalahannya, maka kesadaran itu dapat dibagi dalam tiga kategori : kesadaran internasional, kesadaran domestik atau dalam negeri, dan kesadaran pribadi.
Kesadaran Internasional. Dilatarbelakangi oleh mobilitas manusia yang meningkat, teknologi komunikasi modern, serta kesadaran akan masalah-masalah dunia yang harus ditangani bersama-sama, tampaknya secara radikal meningkatnya hubungan antarbudaya, yang tadinya terkendali oleh ruang dan waktu. Dengan berkurangnya hambatan – hambatan komunikasi maka dunia seakan terdesak pada kebutuhan untuk tercapainya saling pengertian antara sesama umat manusia. Belajar untuk mengerti pikiran dan perilaku orang-orang lain, tidak saja menjadi perhatian utama dari pemerintah suatu negara, tetapi juga lembaga-lembaga perekonomian dan keagamaan, serta individu-individu yang berusaha untuk memahami dini yang semakin kompleks ini. Setelah Perang Dunia II, beberapa program yang berkaitan dengan penanganan masalah-masalah situasi dunia dan kebijakan luar negeri AS mulai dijalankan, yang pada akhirnya mempengaruhi perkembangan ilmu Komunikasi Antarbudaya.
Pada tahun 1950-an, beberapa ahli seperti Edward T. Hall menemukan bahwa lembaga-lembaga khusus yang diadakan oleh pemerintah untuk memberikan informasi AS ke dunia luar kadang-kadang kurang mempunyai pengetahuan tentang kebudayaan. Bahkan sehingga muncul istilah The Ugly American bagi pejabat-pejabat dinas luar negeri yang dirasakan kurang terlatih, sehingga kurang kesadaran dan keterampilannya dalam menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan komunikasi antarbudaya. Hall menyusun buku “The Silent Language“ (1959), yang bisa dianggap menandakan lahirnya komunikasi antarbudaya, karena merupakan sintesis dari berbagai hal yang pokok dan mendasar dalam memahami kebudayaan dan komunikasi, persepsi-persepsi budaya tentang ruang jarak antar pribadi, dan waktu, serta hubungannya dengan berbagai kesalahpahaman antarbudaya.

Kesadaran Domestik. Bersamaan dengan perubahan-perubahan di dunia internasional, semacam perubahan kebudayaan juga terjadi di dalam negeri, termasuk munculnya berbagai macam kelompok sub-budaya yang menyimpang dari kebudayaan dominan masyarakat. Misalnya, di Amerika munculnya kelompok – kelompok minoritas sub-budaya baru seperti kelompok orang hitam, Chicanos, golongan wanita, kaum homoseksual, orang miskin dan lain-lain bahkan di Indonesia sendiri juga sudah mulai bermunculan kelompok-kelompok sub-budaya di daerah perkotaan seperti kelompok kaum “homoseks“, “kawula muda“ dengan “geng“ dan bahasanya prokemnya menambah variasi kebudayaan di negara kita yang tentunya kemungkinan timbulnya permasalahan sosial yang akan meningkat pula.
Masalah-masalah yang muncul tidak saja disebabkan oleh perbedaan bahasa atau bentuk fisik, tetapi lebih mendalam dan kompleks karena menyangkut perbedaan nilai dan cara memandang kehidupan. Dengan demikian, kebutuhan untuk memahami dan berinteraksi dengan kelompok-kelompok sub-budaya ini mendorong perlu dilakukannya studi tentang komunikasi antarbudaya yang kiranya merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah dan tidak perlu ditunda lagi.
Kesadaran Pribadi. Terdapat beberapa keuntungan yang bisa di dapat oleh individu secara pribadi dari studi komunikasi antarbudaya ini. Keuntungan tersebut antara lain :
Ø Perasaan senang dan puas dalam menemukan suatu kebudayaan yang baru dari
orang lain.
Ø Dapat mmbantu untuk menghindari masalah-masalah komunikasi.
Ø Terbukanya kesempatan-kesempatan kerja untuk bidang komunikasi antarbudaya.
Ø Memberikan kesempatan untuk mampu mempersiapkan dan memahami diri
sendiri.
Dengan semakin banyaknya perubahan-perubahan yang terjadi khususnya pada kebudayaan dan sub-budaya dibutuhkan pula kita harus mengikuti perubahan dan perkembangan dari kebudayaan tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan adanya kajian ilmu tersendiri untuk mengatasi masalah-masalah komunikasi antarbudaya ini. Komunikasi antarbudaya sudah bisa dianggap sebagai suatu bidang studi, karena sudah banyaknya kepustakaan yang semakin lengkap dari berbagai penelitian, karya para ahli antropologi, bahasa, pendidikan, sosiologi dan komunikasi ujaran.dan menurut Sitaram (1976) telah memenuhi syarat-syarat dari suatu cabang ilmu pengetahuan.
Dimensi-dimensi Komunikasi Antarbudaya.
Untuk mencari kejelasan dan mengintegrasikan berbagai konseptualisasi tentang kebudayaan dalam konteks komunikasi antarbudaya, ada tiga dimensi yang perlu diketahui:
a. Tingkat masyarakat kelompok budaya dari para partisipan.
b. Konteks sosial tempat terjadinya komunikasi antarbuday.
c. saluran yang dilalui oleh pesan-pesan komunikasi antarbudaya (baik yang bersifat
verbal maupun non verbal)
1. Tingkat Masyarakat Kelompok Budaya Dari Para Partisipan. Dimensi pertama ini menunjukkan bahwa istilah kebudayaan telah digunakan untuk merujuk kepada macam-macam tingkat lingkupan dan kompleksitas dari organisasi sosial. Umumnya istilah kebudayaan mencakup beberapa pengertian sebagai berikut :
a. Kawasan-kawasan di dunia, misalnya: budaya timur, budaya barat.
b. Sub kawasan-kawasan di dunia, misalnya budaya Amerika Utara, budaya Asia Tenggara.
c. Nasional/negara, misalnya, budaya Indonesia, budaya Perancis, budaya Jepang.
d. Kelompok-kelompok etnik-ras dalam negara seperti<. Budaya orang Amerika hitam, budaya Cina Indonesia.
e. Macam-macam sub kelompok sosiologis berdasarkan kategori jenis kelamin, kelas sosial, coundercultures (budaya Hippis, budaya orang di penjara, budaya gelandangan, budaya kemiskinan).
2. Konteks Sosial Tempat Terjadinya Komunikasi Antarbudaya.
Macam kegiatan komunikasi antarbudaya dapat diklasifikasikan lagi berdasarkan konteks sosialnya. Konteks sosial komunikasi antar budaya meliputi, bisnis, organisasi, pendidikan, akulturasi imigran, politik, penyesuaian pelancong/pendatang sementara, perkembangan ahli teknologi. Komunikasi dalam semua konteks sosial tersebut pada dasarnya memilih persamaan dalam hal unsur-unsur dasar dan proses komunikasi (misalnya yang menyangkut penyampaian, penerimaan dan pemrosesan). Tetapi adanya pengaruh kebudayaan yang tercakup dalam latar belakang pengalaman individu membentuk pola-pola persepsi pemikiran, penggunaan pesan verbal/nonverbal serta hubungan-hubungannya. Contoh, variasi kontekstual komunikasi antara orang Indonesia dengan orang Jepang dalam suatu transaksi dagang akan berbeda dengan komunikasi keduanya dalam berperan sebagai mahasiswa dalam suatu universitas. Dengan demikian, konteks sosial tempat terjadinya komunikasi antarbudaya memberikan bagi para partisipan hubungan-hubungan antar peran, ekspektasi-ekspektasi, norma-norma, dan aturan-aturan tingkah laku yang khusus.

3. Saluran Yang Dilalui Oleh Saluran Komunikasi Antarbudaya .
Dimensi ini menunjukkan tentang saluran apa yang dipergunakan dalam komunkasi antarbudaya. Secara garis besar saluran dapat dibagi atas:
Ø Antar pribadi /perorangan
Ø Media massa Saluran komunikasi juga mempengaruhi proses dan hasil keseluruhan dari komunikasi antarbudaya. Umumnya, pengalaman komunikasi antar pribadi dianggap memberikan dampak yang lebih mendalam. Sedangkan, komunikasi melalui media kurang dalam hal feedback langsung antar partisipan yang hanya bersifat satu arah. Saluran antar pribadi tidak dapat menyaingi kekuatan saluran media dalam mencapai jumlah besar manusia sekaligus batas-batas kebudayaan. Tetapi dalam keduanya, proses komunikasi bersifat antarbudaya bila partisipan-partisipannya berbeda latar belakang budayanya.
Hubungan Antara Komunikasi dan Kebudayaan.
Hubungan Timbal Balik Antara Komunikasi dan kebudayaan
Sarbaugh (1979) berpendapat bahwa dalam memahai komunikasi antar budaya, diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep komunikasi antar budaya dan ketergantungannya satu sama lain. Sarbaugh berpendapat :
1. Apabila disadari pola komunikasi yang khas dapat berkembang atau dapat berubah dalam suatu kelompok tertentu.
2. Kesamaan tingkah laku generasi ke generasi dapat terjadi karena adanya komunikasi
Smith (1966) menerangkan hubungan kebudayaan dan komunikasi yang tidak dapat terpisahkan:
1. Kebudayaan merupakan suatu kode atau peraturan yang diiliki bersama
2. Untuk mempelajari dan memiliki diperlukan komunikasi.
Pada hubungan paling kecil (antara dua orang) berkembangnya komunikasi yang erat seperti pertemanan hingga perkawinan nantinya akan membentuk kompromi yang disadari atau tidak membuat suatu standarisasi yang dapat disebut kebudayaan
Pada organisasi atau kelompok kecil dari cara komunikasi mereka seperti cara bicara, ungkapan syarat dan cara berpakaian menjadi penyesuaian dan menjadi kebudayaan bagi anggotanya. Dalam tingkat komunikasi masyarakat yang lebih luas seperti tata bicara yang baik, mata uang, lagu dan bendera kebangsaan manjadi kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan. Hubungan antara individu dan kebudayaan saling mempengaruhi dan saling menemukan. Kebudayaan yang diciptakan harus dipatuhi dan mengikat agar dapat menjadi bagian dari kebudayaan.
Hakikat Kebudayaan Dalam Komunikasi Antar Budaya
Kebudayaan merupakan sesuati yang lumrah kagi tiap orang. Kebudayaan sering diidentikan dengan bangsa. Kebudayaan juga sering digunakan untuk menunjuk kualitas atau sifat tertentu. Misalnya orang yang tidak berbicara menurut etika umumnya dikatakan sebagai orang yang tidak berbuday. Walapun maksudnya orang tersebut tidak berpendidikan atau berpengalaman tentang keindahan duniawi. Landasan-landasan yang dapat digunakan sebagai pembahasan mengenai hakikat faktor kebudayaan dalam KAB (komunikasi Antar Budaya)
Kim (1979 : 435) kebudayaan merupakan kumpulan pola kehidupan yang dipelajari sekelompok manusia dari generasi ke generasi.
Samovar (1981 : 25) kebudayaan mengkondisikan manusia menuju cara-cara berkomunikasi dan bertingkah laku.
Dodd (1982 : 27) melihat kebudayaan sebagai konsep yang bergerak melalui suatu kontinum mulai dari keyakinan diri dan orang lain, nilai, norma , dan kegiatan.
Ruben (1984 : 302-312) menyebutkan karakteristik budaya antara lain pertama, kebudayaan bersifat kompleks dan banyak segi. Kedua, kebudayaan tidak dapat dilihat. Ketiga, kebudayaan berubah sejalannya waktu.





4 komentar:

Monggo dikasih masukan ya...